Tubrukan  Kerata Api (KA) Argo Anggrek dengan KA Senja Utama di Stasiun  Petarukan, Pemalang, yang menelan banyak korban baik tewas maupun luka  parah ternyata menyisakan ceritera lain berbau mistik.
Stasiun  KA Petarukan sejauh ini dikenal sebagai stasiun kecil dan hanya  beberapa kereta ekonomi saja yang berhenti. Itu pun jika sang masinis  berbaik hati. “Kalau sejumah pedagang asongan minta tolong ke petugas  pengatur perjalanan kereta api (PPKA), pasti keretanya berhenti,” ujar  Jairul, 30, warga Desa Klareyan, Petarukan, kepada Pos Kota (2/10).
Selain  tempat berkumpul pedagang asongan, Jairul juga mendengar cerita-cerita  mistik di lokasi terjadinya musibah maut tersebut. “Sebelah kidul  (barat) sawah dan di ngetan (timur ) permukiman. Di daerah itu tergolong  angker,” ujarnya.
SUARA  ANEH
Dia  pun menuturkan lokasi tabrakan itu memang menjadi tempat mistik.  Sebelum masuk stasiun ada kali besar yang menjadi pembatas kecamatan.  “Kali itu juga sering ada suara-suara aneh,” sebut Jailur.
Banyak  pedagang di sana menyebut tempat itu seperti daerah persinggahan arwah  pekerja jalan yang dibangun Deandles Anyer-Panarukan. Arwah-arwah  gentayangan itu adalah korban pembantaian saat pembangunan jalan.  Sekarang jalan tersebut menjadi jalan tua dan tidak dilalui oleh  kendaraan lagi.
“Kalau  malam masih terdengar suara-suara aneh di sekitar stasiun,” imbuh  Jairul seraya membeberkan biasanya setiap setahun sekali, ada saja  korban akibat kecelakaan seperti kereta tubrukan atau orang ditabrak  kereta." 
.



0 komentar:
Post a Comment